MATA NAJWA "DUSTA DUNIA MAYA"
Acara Mata Najwa Hari Rabu 21 Maret 2018 membahas tentang judul Dusta Dunia Maya. Bintang tamu saat itu :
1. Irjen Polisi setyo wasito
2. Bin Wawan Purwanta
3. Sovia Ali
4. Ismail Fahmi
5. Novel Bamukmin.
1. Pengakuan anggota MCA
Mata Najwa menghadirkan anggota MCA yang identitasnya dirahasiakan. Kurang lebih ia sudah 1 tahun bergabung dengan MCA tepatnya saat Pilkada DKI Jakarta berlangsung. Tujuannya untuk membela ulama. Dan hampir 19.000 orang bergabung di akun Facebook MCA 212. Siapapun bisa posting di akun Facebook itu dan tidak ada batasan. Postingan di grup juga berisikan politik, ilmu agama Islam, juga tentang menagih janji kepada Presiden Jokowi.
2. Membedah Kelompok MCA
Pengungkapan kelompok MCA menuai kontroversi. Ada tudingan MCA yang diungkap polisi adalah MCA palsu. Novel Bamukmin, Humas Persaudaraan Alumni 212 mengatakan, MCA asli tidak akan mengaku kalau dia anggota MCA, tapi perjuangannya yang nyata belakangan ini contohnya, novel bamukmin diserang cebong (Cepat tapi bohong). Mereka memberikan berita hoaks namun harus kita lawan. Namun menurut Direktur NU Online, Savic Ali, ada yang harus dijelaskan bahwasannya ini harus diclearkan dulu, dan apakah MCA ada yg palsu ada yang asli. Tapi menurut Bang Novel di IG, FB, Twitter itu palsu semuanya jadi yang asli yang mana?. Anggota MCA yang identitasnya disembunyikan menyatakan bahwa memang banyak yang palsu akan tapi saya merasa asli, saya juga ikut berpartisipasi.
3. Motif Pembentukan MCA
Banyak akun yang berkembang tidak senapas dengan tujuan awal MCA. Karena setelah Pilkada DKI mereka hilang, ungkapan Direktur NU Online Savic Ali. Novel Bamukmin juga mengatakan kalau Video Rizieq Shihab soal perjuangan dunia maya juga menguatkan perjuangan MCA, beredarnya isu PKI di media sosial juga isu yang nyata. Namun Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto langsung menanggapi tentang paparan Novel soal isu PKI karena sampai saat ini saya tidak terima laporannya dan sementara berdasarkan data, MCA muncul pertama kali pada tanggal 13 Desember 2016.
4. Kepentingan Politik di Balik Hoaks
Kepolisian mengelompokkan hoaks menjadi empat, yaitu ekonomi, ideologi, provokasi, dan lelucon. Namun benarkah polisi tebang pilih menangkap pembuat hoaks? Polisi tidak tebang pilih, jika ada serangan kepada perseorangan akan kita tahan, yang mayoritas sekarang terjadi menyerang kepada orang-orang tertentu di Pemerintahan seperti yang di katakan oleh Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto. Sementara menurut Direktur NU Online mengatakan, bahwa awalnya hoaks ini munculnya dari mana? Apakah misalnya dari motif ekonomi, blogger-blogger, atau judulnya yang sangat bombastis. Namun dalam konteks politik, kedua belah pihak pernah membuat hoaks. Dan MCA juga ada sentimen kebencian atas agama dan ras tertentu. Namun dari adanya hoax tersebut membuat orang-orang yang ga tahu apa-apa jadi terkena dampaknya.
5. Polarisasi Jelang Pilpres
Terjadi polarisasi antara yang kelompok pro dan kontra di media maya jika kita masukkan kata kunci Jokowi. Ini bentuk negara demokrasi yang sehat. Ketika pemerintah punya tim sukses namun juga harus ada tim yang kontra. Namun, Novel mengelak bahwa ada kepanikan dari pihak lawan, kriminalisasi ulama dan aktivis. Lalu Kadiv Humas Polri memberi tanggapan kalau dikatakan kriminalisasi, orangnya tidak berbuat tapi ditangkap. Tapi kalau dia melakukan itu dia dan ditangkap ya bukan kriminalisasi. Saya tegaskan tidak ada kriminalisasi ulama.
6. Pelaku Hoaks Bakal Digebuk
Isu PKI menjadi salah satu sorotan dalam persebaran hoaks. Presiden Jokowi beberapa kali membahas isu PKI dalam pernyataan- pernyataannya. Direktur Informasi dan Komunikasi BIN Wawan Purwanto menyatakan bahwasanya PKI sudah tidak ada, partainya tidak ada karena dilarang. Tapi kalau keturunannya itu masalah lain. Mereka berhak dipilih dan memilih. BIN juga mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan untuk partai PKI. Direktur NU Online Savic Ali juga menjelaskan pergeseran isu hoaks. Hoaks marak karena politik. Contohnya seperti di Amerika hoaks marak karena politik, di Indonesia pun juga begitu. Ada pergeseran dari spirit 212 bela Islam dan terdapat kasus Rizieq Shihab. Dan direktur Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto menambahkan kalau pemerintah tidak mungkin ikut menyebarkan hoaks, karena tim humas harus punya data dalam menyebarkan informasi.
7. Perang Melawan Hoaks
Data BIN, yang beredar di dunia maya 60% informasi tersebut adalah hoaks. Hal ini yang menyebabkan masyarakat Indonesia menciptakan "Hoax Buster". Aplikasi ini juga bisa diunduh di Playstore. Dan terdapat 3 fungsi utama dari aplikasi di Playstore yaitu bisa mencari berita hoaks, bisa mendeteksi situs abal-abal, dan masyarakat bisa melaporkan hoaks, penjelasan dari Septiaji Eko Nugroho. Dan seperti pada gambar berikut Catatan Najwa