Minggu, 25 Maret 2018

DUSTA DUNIA MAYA





MATA NAJWA "DUSTA DUNIA MAYA"






        Acara Mata Najwa Hari Rabu 21 Maret 2018 membahas tentang judul Dusta Dunia Maya. Bintang tamu saat itu :


         1. Irjen Polisi setyo wasito

         2. Bin Wawan Purwanta

         3. Sovia Ali

         4. Ismail Fahmi

         5. Novel Bamukmin.




1. Pengakuan anggota MCA


Mata Najwa menghadirkan anggota MCA yang identitasnya dirahasiakan. Kurang lebih ia sudah 1 tahun bergabung dengan MCA tepatnya saat Pilkada DKI Jakarta berlangsung. Tujuannya untuk membela ulama. Dan hampir 19.000 orang bergabung di akun Facebook MCA 212. Siapapun bisa posting di akun Facebook itu dan tidak ada batasan. Postingan di grup juga berisikan politik, ilmu agama Islam, juga tentang menagih janji kepada Presiden Jokowi.



2. Membedah Kelompok MCA


Pengungkapan kelompok MCA menuai kontroversi. Ada tudingan MCA yang diungkap polisi adalah MCA palsu. Novel Bamukmin, Humas Persaudaraan Alumni 212 mengatakan, MCA asli tidak akan mengaku kalau dia anggota MCA, tapi perjuangannya yang nyata belakangan ini contohnya, novel bamukmin diserang cebong (Cepat tapi bohong). Mereka memberikan berita hoaks namun harus kita lawan. Namun menurut Direktur NU Online, Savic Ali, ada yang harus dijelaskan bahwasannya ini harus diclearkan dulu, dan apakah MCA ada yg palsu ada yang asli. Tapi menurut Bang Novel di IG, FB, Twitter itu palsu semuanya jadi yang asli yang mana?. Anggota MCA yang identitasnya disembunyikan menyatakan bahwa memang banyak yang palsu akan tapi saya merasa asli, saya juga ikut berpartisipasi.


3. Motif Pembentukan MCA

Banyak akun yang berkembang tidak senapas dengan tujuan awal MCA. Karena setelah Pilkada DKI mereka hilang, ungkapan Direktur NU Online Savic Ali. Novel Bamukmin juga mengatakan kalau Video Rizieq Shihab soal perjuangan dunia maya juga menguatkan perjuangan MCA, beredarnya isu PKI di media sosial juga isu yang nyata. Namun Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto langsung menanggapi tentang paparan Novel soal isu PKI karena sampai saat ini saya tidak terima laporannya dan sementara berdasarkan data, MCA muncul pertama kali pada tanggal 13 Desember 2016.


4. Kepentingan Politik di Balik Hoaks


Kepolisian mengelompokkan hoaks menjadi empat, yaitu ekonomi, ideologi, provokasi, dan lelucon. Namun benarkah polisi tebang pilih menangkap pembuat hoaks? Polisi tidak tebang pilih, jika ada serangan kepada perseorangan akan kita tahan, yang mayoritas sekarang terjadi menyerang kepada orang-orang tertentu di Pemerintahan seperti yang di katakan oleh Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto. Sementara menurut Direktur NU Online mengatakan, bahwa awalnya hoaks ini munculnya dari mana? Apakah misalnya dari motif ekonomi, blogger-blogger, atau judulnya yang sangat bombastis. Namun dalam konteks politik, kedua belah pihak pernah membuat hoaks. Dan MCA juga ada sentimen kebencian atas agama dan ras tertentu. Namun dari adanya hoax tersebut membuat orang-orang yang ga tahu apa-apa jadi terkena dampaknya.


5. Polarisasi Jelang Pilpres


Terjadi polarisasi antara yang kelompok pro dan kontra di media maya jika kita masukkan kata kunci Jokowi. Ini bentuk negara demokrasi yang sehat. Ketika pemerintah punya tim sukses namun juga harus ada tim yang kontra. Namun, Novel mengelak bahwa ada kepanikan dari pihak lawan, kriminalisasi ulama dan aktivis. Lalu Kadiv Humas Polri memberi tanggapan kalau dikatakan kriminalisasi, orangnya tidak berbuat tapi ditangkap. Tapi kalau dia melakukan itu dia dan ditangkap ya bukan kriminalisasi. Saya tegaskan tidak ada kriminalisasi ulama.


6. Pelaku Hoaks Bakal Digebuk


Isu PKI menjadi salah satu sorotan dalam persebaran hoaks. Presiden Jokowi beberapa kali membahas isu PKI dalam pernyataan- pernyataannya. Direktur Informasi dan Komunikasi BIN Wawan Purwanto menyatakan bahwasanya PKI sudah tidak ada, partainya tidak ada karena dilarang. Tapi kalau keturunannya itu masalah lain. Mereka berhak dipilih dan memilih. BIN juga mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan untuk partai PKI. Direktur NU Online Savic Ali juga menjelaskan pergeseran isu hoaks. Hoaks marak karena politik. Contohnya seperti di Amerika hoaks marak karena politik, di Indonesia pun juga begitu. Ada pergeseran dari spirit 212 bela Islam dan terdapat kasus Rizieq Shihab. Dan direktur Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto menambahkan kalau pemerintah tidak mungkin ikut menyebarkan hoaks, karena tim humas harus punya data dalam menyebarkan informasi.


7. Perang Melawan Hoaks


Data BIN, yang beredar di dunia maya 60% informasi tersebut adalah hoaks. Hal ini yang menyebabkan masyarakat Indonesia menciptakan "Hoax Buster". Aplikasi ini juga bisa diunduh di Playstore. Dan terdapat 3 fungsi utama dari aplikasi di Playstore yaitu bisa mencari berita hoaks, bisa mendeteksi situs abal-abal, dan masyarakat bisa melaporkan hoaks, penjelasan dari Septiaji Eko Nugroho. Dan seperti pada gambar berikut Catatan Najwa

Minggu, 18 Maret 2018

SIAPA BERANI MENJADI PRESIDEN

            Pada acara MATA NAJWA yang tayang pada hari Rabu 14 Maret 2018 bertemakan kepemimpinan di Indonesia. Saat ini, Presiden di Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo. Banyak orang memberanikan diri untuk menyalonkan dirinya sendiri untuk menjadi capres dan cawapres. Salah satunya Rizal Ramli.

         Rizal Ramli menyalonkan diri menjadi presiden, tujuannya  untuk mebasmi atau mengepret tikus-tikus di Indonesia. Visinya sendiri yaitu "Saya ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 10 persen!".
Ia masih belum ikut terdaftar dalam anggota partai, tetapi dia sudah percaya diri menyalonkan diri menjadi presiden. Rizal Ramli tidak mengatakan soal modal uang untuk menjadi presiden.
Kata Ia sendiri, sosok Rizal Ramli orangnya seperti
1. Orangnya lurus, tidak neko-neko
2. Berani lawan siapapun, kecuali Tuhan
3. Selalu membela rakyat kecil.


Untuk tamu yang kedua namanya mulai bersliweran jelang pilpres, wajahnya juga terpampang hampir di setiap sudut jalan dengan jualan calon wakil presiden zaman now. Najwa menantang Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Berani gak jadi capres? Cak Imin langsung menjawab kalau di lihat dari memakai jaket berwarna merah mana ada rasa takut kalau sudah memakai warna sperti merah. Dan pada dasarnya saya mempunyai lata belakang yang sangat lengkap dari aktivi social, menjadi bagian dari pertumbuhan realitas masyarakat, pendampingan masyarakat, pendampingan islam, hingga sampai saat ini bergeser pada pergerakan politik. Ini sebabnya Cak Imin masih mendeklarasikan diri sebagai cawapres bukan sebagai capres. Jika pak Jokowi salah pilih cawapres bisa jadi akan kalah, apalagi pilih nonpartai dan kalau memilih yang tepat, yang jelas harus sudah ada partainya, akan bisa menang. Ibarat pulau, baru ada 1 pulau yang ada. Satu-satunya capres yang sudah pasti ialah Pak Jokowi, Tantangan pertama juga akan datang dari partai-partai pendukung Pak Jokowi. Kalau Pak Jokowi pilih Cak Imin bisa jadi karpet merah untuk jadi Capres 2024. Modal maju Cak Imin sebagai capres juga banyak dibantu oleh teman-teman lokal, anggota DPR, Bupati. Tamu yang terakhir yaitu Mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo. Najwa bertanya, bagaimana cara mengukur rakyat menghendaki itu? Ada beberapa, misalkan alat survei tapi tergantung saya putuskan nanti. Apabila rakyat dan negara memanggil, matipun saya rela. Saat ini saya masih prajurit, tetapi apabila rakyat menghendaki setelah saya pensiun, saya juga siap. Untuk soal jenderal religius yang gemar safari ke pesantren, saya juga tidak apa-apa jenderal aktif safari ke mana-mana juga tidak masalah. Intinya saya tidak rela bangsa ini diadu. Oleh karena itu saya rutin ke pesantren-pesantren untuk merekatkan. Dan untuk pendapat soal Jokowi dan Prabowo, saya bersikeras tidak akan berpolitik praktis hingga saya pensiun 2 minggu lagi. Jawaban yang dikatakan oleh Gatot Nurmantyo. Alangkah baiknya juga kita selalu mengingat kutipan kata Najwa Shihab berikut ini “Presiden bisa mensosialisasikan diri kapan saja, keliling Indonesia sambil bekerja di mana-mana. Wajar jika tak mudah mengalahkan petahana, penguasa punya akses ke berbagai sumber daya. Namun politik tidak sesederhana menghitung angka, satu tambah satu bisa saja menjadi tiga. Langkah-langkah strategis masih banyak disimpan, menunggu untuk dibuka di akhir tikungan. Segala kemungkinan masih terbuka, entah berupa blunder petahana, hingga munculnya poros ketiga. Inilah nikmatnya hidup di alam demokrasi, berbagai manuver tak bisa dijegal sekehendak hati. Biarkan seluruh rakyat menyimak lebih dulu, mendengar ragam visi dan ide tanpa pandang bulu. Mesti ada ruang bagi sebanyak mungkin kandidat, partai jangan lekas-lekas menutup tenggat. Rakyat berhak disodori sebanyak mungkin pilihan, Pemilu bukan untuk mengulang perseteruan sampai bosan.”

Rabu, 14 Maret 2018

GELANGGANG TINJU JOKOWI : MCA, Penegakan Hukum atau Alat Politik

Pendaftaran calon presiden nggal 5 bulan lagi, dan suhu politik semakin memanas.Hal ini menjadi bahan utama di media sosial.
Terjadi adanya pro dan kontra dalam pencapaian kinerja pemerintah. Tudingan pertemuan politik di istana hingga tuduhan alat negara digunakan untuk mengamankan kepentingan politik pilpres.
Di meja Mata Najwa, para narasumber bertarung pendapat soal pengungkapan Muslim Cyber Army. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko tegas menjelaskan penangkapan anggota-anggota Muslim Cyber Army merupakan ketegasan penegakan hukum atas mereka yang berusaha memecah belah bangsa melalui provokasi hoax berbau SARA dan politik.
“Ini karena semua pada baper (bawa perasaan)!” demikian sindir Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko soal kritik pertemuan Presiden Jokowi dengan partai-partai baru di kompleks Istana Kepresidenan. Partai pendukung pemerintah, Nasdem dan PDI Perjuangan pun menilai pertemuan Presiden dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang kemudian diikuti pertemuan dengan Perindo, sebagai hal biasa saja. Tak perlu diributkan. Ramai dibandingkan dengan pertemuan Presiden Jokowi bersama Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Riza Patria pun angkat bicara. Ketua DPP Partai Gerindra ini menyatakan pertemuan Presiden Jokowi dengan Prabowo hal berbeda dan tak dapat dibandingkan dengan pertemuan Presiden Jokowi dengan PSI.
Perdebatan soal apa yang sudah berhasil dan tidak berhasil dilakukan pemerintahan Jokowi lalu memanas di Mata Najwa. Penegakan pemberantasan korupsi, terkatung-katungnya kasus Novel, impor beras, pertumbuhan ekonomi, hingga dukungan bagi perdamaian Afghanistan yang dilakukan melalui lawatan Presiden ke Afghanistan.
 Tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi di tiga tahun pemerintahannya berada di kisaran 60 persen. Ini hasil survei yang paling akhir dirilis empat lembaga survey. Lalu apa maknanya? Direktur Eksekutif M. Qodari menyatakan kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi seharusnya bisa lebih tinggi. Ia membandingkan dengan survei kepuasan publik pemerintahan SBY jelang pilpres dahulu yang bisa mencapai kisaran 80 persen.