Rizal Ramli menyalonkan diri menjadi presiden, tujuannya untuk mebasmi atau mengepret tikus-tikus di Indonesia. Visinya sendiri yaitu "Saya ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 10 persen!".
Ia masih belum ikut terdaftar dalam anggota partai, tetapi dia sudah percaya diri menyalonkan diri menjadi presiden. Rizal Ramli tidak mengatakan soal modal uang untuk menjadi presiden.
Kata Ia sendiri, sosok Rizal Ramli orangnya seperti
1. Orangnya lurus, tidak neko-neko
2. Berani lawan siapapun, kecuali Tuhan
3. Selalu membela rakyat kecil.
Untuk tamu yang kedua namanya mulai bersliweran
jelang pilpres, wajahnya juga terpampang hampir di setiap sudut jalan dengan
jualan calon wakil presiden zaman now. Najwa menantang Ketum PKB Muhaimin
Iskandar atau Cak Imin, Berani gak jadi capres? Cak Imin langsung menjawab
kalau di lihat dari memakai jaket berwarna merah mana ada rasa takut kalau
sudah memakai warna sperti merah. Dan pada dasarnya saya mempunyai lata
belakang yang sangat lengkap dari aktivi social, menjadi bagian dari
pertumbuhan realitas masyarakat, pendampingan masyarakat, pendampingan islam,
hingga sampai saat ini bergeser pada pergerakan politik. Ini sebabnya Cak Imin
masih mendeklarasikan diri sebagai cawapres bukan sebagai capres. Jika pak
Jokowi salah pilih cawapres bisa jadi akan kalah, apalagi pilih nonpartai dan
kalau memilih yang tepat, yang jelas harus sudah ada partainya, akan bisa
menang. Ibarat pulau, baru ada 1 pulau yang ada. Satu-satunya capres yang
sudah pasti ialah Pak Jokowi, Tantangan pertama juga akan datang dari
partai-partai pendukung Pak Jokowi. Kalau Pak Jokowi pilih Cak Imin bisa jadi
karpet merah untuk jadi Capres 2024. Modal maju Cak Imin sebagai capres juga
banyak dibantu oleh teman-teman lokal, anggota DPR, Bupati. Tamu yang terakhir yaitu Mantan Panglima TNI,
Jenderal Gatot Nurmantyo. Najwa bertanya, bagaimana cara mengukur rakyat
menghendaki itu? Ada beberapa, misalkan alat survei tapi tergantung saya
putuskan nanti. Apabila rakyat dan negara memanggil, matipun saya rela. Saat
ini saya masih prajurit, tetapi apabila rakyat menghendaki setelah saya
pensiun, saya juga siap. Untuk soal jenderal religius yang gemar safari ke pesantren,
saya juga tidak apa-apa jenderal aktif safari ke mana-mana juga tidak masalah.
Intinya saya tidak rela bangsa ini diadu. Oleh karena itu saya rutin ke
pesantren-pesantren untuk merekatkan. Dan untuk pendapat soal Jokowi dan
Prabowo, saya bersikeras tidak akan berpolitik praktis hingga saya pensiun 2
minggu lagi. Jawaban yang dikatakan oleh Gatot Nurmantyo.
Alangkah baiknya juga kita selalu mengingat kutipan kata Najwa Shihab berikut
ini “Presiden bisa mensosialisasikan diri kapan saja, keliling
Indonesia sambil bekerja di mana-mana. Wajar jika tak mudah mengalahkan
petahana, penguasa punya akses ke berbagai sumber daya. Namun politik tidak
sesederhana menghitung angka, satu tambah satu bisa saja menjadi tiga.
Langkah-langkah strategis masih banyak disimpan, menunggu untuk dibuka di akhir
tikungan. Segala kemungkinan masih terbuka, entah berupa blunder petahana,
hingga munculnya poros ketiga. Inilah nikmatnya hidup di alam demokrasi,
berbagai manuver tak bisa dijegal sekehendak hati. Biarkan seluruh rakyat
menyimak lebih dulu, mendengar ragam visi dan ide tanpa pandang bulu. Mesti ada
ruang bagi sebanyak mungkin kandidat, partai jangan lekas-lekas menutup
tenggat. Rakyat berhak disodori sebanyak mungkin pilihan, Pemilu bukan untuk
mengulang perseteruan sampai bosan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar