Minggu, 18 Maret 2018

SIAPA BERANI MENJADI PRESIDEN

            Pada acara MATA NAJWA yang tayang pada hari Rabu 14 Maret 2018 bertemakan kepemimpinan di Indonesia. Saat ini, Presiden di Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo. Banyak orang memberanikan diri untuk menyalonkan dirinya sendiri untuk menjadi capres dan cawapres. Salah satunya Rizal Ramli.

         Rizal Ramli menyalonkan diri menjadi presiden, tujuannya  untuk mebasmi atau mengepret tikus-tikus di Indonesia. Visinya sendiri yaitu "Saya ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 10 persen!".
Ia masih belum ikut terdaftar dalam anggota partai, tetapi dia sudah percaya diri menyalonkan diri menjadi presiden. Rizal Ramli tidak mengatakan soal modal uang untuk menjadi presiden.
Kata Ia sendiri, sosok Rizal Ramli orangnya seperti
1. Orangnya lurus, tidak neko-neko
2. Berani lawan siapapun, kecuali Tuhan
3. Selalu membela rakyat kecil.


Untuk tamu yang kedua namanya mulai bersliweran jelang pilpres, wajahnya juga terpampang hampir di setiap sudut jalan dengan jualan calon wakil presiden zaman now. Najwa menantang Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Berani gak jadi capres? Cak Imin langsung menjawab kalau di lihat dari memakai jaket berwarna merah mana ada rasa takut kalau sudah memakai warna sperti merah. Dan pada dasarnya saya mempunyai lata belakang yang sangat lengkap dari aktivi social, menjadi bagian dari pertumbuhan realitas masyarakat, pendampingan masyarakat, pendampingan islam, hingga sampai saat ini bergeser pada pergerakan politik. Ini sebabnya Cak Imin masih mendeklarasikan diri sebagai cawapres bukan sebagai capres. Jika pak Jokowi salah pilih cawapres bisa jadi akan kalah, apalagi pilih nonpartai dan kalau memilih yang tepat, yang jelas harus sudah ada partainya, akan bisa menang. Ibarat pulau, baru ada 1 pulau yang ada. Satu-satunya capres yang sudah pasti ialah Pak Jokowi, Tantangan pertama juga akan datang dari partai-partai pendukung Pak Jokowi. Kalau Pak Jokowi pilih Cak Imin bisa jadi karpet merah untuk jadi Capres 2024. Modal maju Cak Imin sebagai capres juga banyak dibantu oleh teman-teman lokal, anggota DPR, Bupati. Tamu yang terakhir yaitu Mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo. Najwa bertanya, bagaimana cara mengukur rakyat menghendaki itu? Ada beberapa, misalkan alat survei tapi tergantung saya putuskan nanti. Apabila rakyat dan negara memanggil, matipun saya rela. Saat ini saya masih prajurit, tetapi apabila rakyat menghendaki setelah saya pensiun, saya juga siap. Untuk soal jenderal religius yang gemar safari ke pesantren, saya juga tidak apa-apa jenderal aktif safari ke mana-mana juga tidak masalah. Intinya saya tidak rela bangsa ini diadu. Oleh karena itu saya rutin ke pesantren-pesantren untuk merekatkan. Dan untuk pendapat soal Jokowi dan Prabowo, saya bersikeras tidak akan berpolitik praktis hingga saya pensiun 2 minggu lagi. Jawaban yang dikatakan oleh Gatot Nurmantyo. Alangkah baiknya juga kita selalu mengingat kutipan kata Najwa Shihab berikut ini “Presiden bisa mensosialisasikan diri kapan saja, keliling Indonesia sambil bekerja di mana-mana. Wajar jika tak mudah mengalahkan petahana, penguasa punya akses ke berbagai sumber daya. Namun politik tidak sesederhana menghitung angka, satu tambah satu bisa saja menjadi tiga. Langkah-langkah strategis masih banyak disimpan, menunggu untuk dibuka di akhir tikungan. Segala kemungkinan masih terbuka, entah berupa blunder petahana, hingga munculnya poros ketiga. Inilah nikmatnya hidup di alam demokrasi, berbagai manuver tak bisa dijegal sekehendak hati. Biarkan seluruh rakyat menyimak lebih dulu, mendengar ragam visi dan ide tanpa pandang bulu. Mesti ada ruang bagi sebanyak mungkin kandidat, partai jangan lekas-lekas menutup tenggat. Rakyat berhak disodori sebanyak mungkin pilihan, Pemilu bukan untuk mengulang perseteruan sampai bosan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar