Kamis, 05 April 2018

MUSLIHAT BISNIS UMRAH


MUSLIHAT BISNIS UMRAH
 


        Dalam setahun 160.000 orang menjadi korban bisnis umrah. Total uang yang ditilap dari korban mencapai lebih dari 3 triliun rupiah. Tawaran umrah murah memang menggiurkan, tapi sayang banyak yang hanya berkedok mendulang rupiah. Dugaan penipuan travel Amanah Bersama Ummat Tours atau Abu Tours yang paling akhir terjadi misalnya melibatkan uang korban hingga Rp 1,8 triliun. Salah satunya seorang tukang becak usia 64 tahun yang sangat ingin ke tanah suci. Ia memaksa diri menabung dari nafkah Rp 50.000 per hari selama 8 tahun. Namun semuanya kandas. Gagal umrah, uang Rp 16 juta pun melayang





CERITA KORBAN TOUR ABU TAVEL



        Permasalahan tak hanya dihadapi calon jemaah Abu Tours yang berjuang untuk berangkat ke tanah suci. Yang telah diberangkatkan pun mangalami beragam permasalahan. Ditelantarkan tanpa kejelasan. Muhammad Syahban Munawir, korban Abu Tours sempat terlantar. Sesampainya di Bandara King Abdul Azis, ia terlunta-lunta, tak ada pihak Abu Tours yanh menjemput. Ia harus berkeliling Madinah untuk mencari hotel. Salah satu agen travel Abu Tours menyatakan penyesalannya. Sambil menitikkan air mata, katanya, "Jemaah saya mayoritas orang-orang tidak mampu, yang pasrah. Ini menjadi beban moral bagi saya." Pernyataan ini ditanggapi tukang becak calon jemaah, korban Abu Tours, "Saya pasrah, sabar saja, karena bukan saya saja yg mengalami hal ini, yang senasib dengan saya."



 KORBAN FIRST TRAVEL MASIH TERUS BERHARAP


           Setahun berlalu, nasib para korban travel umrah First Travel masih terkatung-katung. Anak korban First Travel menuturkan, "Pertama kali saya membayar Rp 17 juta untuk ibu saya dan telah menunggu selama setahun, sejak Desember 2016 hingga Januari 2017.” “Ibu saya sudah dijadwalkan diberangkatkan. Ibu saya sudah datang ke Jakarta dari kampung, tapi malah dibatalkan. Itu yg membuat sakit hati." "Pada tanggal 2 April saya diminta tambah Rp 2,5 juta untuk bisa diberangkatkan, ternyata saat Ramadan 2017, kembali batal berangkat." "Masalahnya saya yang mengurus proses pemberangkatan untuk ibu dan keluarga saya sehingga jadi beban moral bagi saya." "Ibu saya meninggal 24 Agustus 2017, dalam penantian, tanpa berhasil berangkat ke tanah suci." Menteri Agama menanggapi, "Kisah para korban umrah murah ini membuat geram." Lebih lanjut Menteri Agama menuturkan, "Sejak peristiwa First Travel, kami betul-betul perketat regulasi dan pengawasan. Selama ini kami merasa baik-baik saja, namun sejak 4 tahun terakhir mulai muncul masalah umrah karena meningkatnya animo jemaah umrah."



PENIPUAN UMRAH MURAH MASIH BERLANJUT. SOLUSI?


           Penipuan umrah murah masih terus marak terjadi, bahkan dilakukan biro travel umrah berizin. Fakta ini memicu perdebatan antara Menteri Agama dan anggota DPR Arteria Dahlan. "Justru karena sudah berizin, membuat korban semakin banyak karena tak menaruh kecurigaan. Jadi masalahnya ada di regulasi penerbitan izinnya. Kasih warning dong ke konsumen, blacklist travel yg menawarkan harga di bawah batas bawah, " kata Arteria Dahlan. Dijawab Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, "Jangan hanya berargumen dan melontarkan tudingan. Regulasi itu ada, tapi kita baru tahu ada persoalan setelah ada kejadian wanprestasi. Awalnya kan dengan Rp15 juta jemaah tetap bisa diberangkatkan. Baru belakangan diketahui mereka menggunakan skema ponzi setelah muncul persoalan. Sekarang kita sudah perketat regulasi, harga minimum ditetapkan 20 juta, jadwal tunggu maksimal 3-6 bulan." Arteria Dahlan masih mempertanyakan, "Kok kejadian di tahun 2016 baru dicabut 2017. Seperti First Travel kan sudah kita sounding sejak setahun yg lalu, tapi tidak segera ditangani."



WASPADA PILIH TRAVEL UMRAH


          Total ratusan ribu calon jemaah umrah gagal berangkat, dana yang mereka setor pun melayang. YLKI melihat respon pemerintah sangat lamban dalam menghadapi kasus umrah murah. Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menyatakan, "Kalau sekarang memperketat regulasi, itu belum menyentuh subtansi masalahnya. Itu hanya menyentuh kulit-kulitnya saja." Sementara Menteri Agama menyatakan, "Kontrol lebih sulit, karena ternyata ada perusahaan, seperti First Travel, yang tak tergabung ke asosiasi." Sekjen Asosiasi Penyelenggara Haji dan Umrah Firman M. Nur menyatakan, "Perlu kecerdasan dari semua pihak, kita harus pastikan biro tersebut berizin, dan cek rasionalitas harga yg ditawarkan. Sistem MLM dan skema ponzi tidak boleh diterapkan di bisnis travel umrah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar