Senin, 23 April 2018

SIASAT BEREBUT ISTANA

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Menuju pendaftaran Pilpres 2019, adu opini dan retorika semakin riuh mewarnai lini massa. Tiap kubu juga mulai memasang kuda-kuda, untuk adu strategi meraih simpati warga. Partai politik juga semakin gencar memetakan persaingan untuk laga perebutan Istana. Duet Jokowi-Prabowo sempat ramai untuk diperbincangkan, namun kabar itu menjadi kabur menyusul deklarasi Prabowo yang siap kembali bertarung di Pilpres 2019 nanti. Ketua Umum PPP M. Romahurmuziy menyebut bila sejumlah pertemuan terjadi antara Jokowi-Prabowo. Menurutnya, pertemuan itu untuk membicarakan jalan tengah untuk menurunkan suhu politik yang semakin panas. Salah satu isi pertemuan tersebut yaitu pasangan Jokowi-Prabowo di Pilpres 2019. Tapi dengan cerita ini dibantah oleh Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono. Gerindra sudah menetapkan Prabowo Subianto sebagai capres 2019. Dengan bantahan tersebut Najwa Shihab berkali-kali bertanya sebenarnya dari hal itu, mana yang benar? Sedangkan hari pemilihan presiden masih cukup lama tapi semaraknya sudah sangat terasa. Nama-nama baru dan lama juga mulai bermunculan, oposisi saling memuji dan juga mencoreng. Kata-kata juga dihamburkan ke berbagai penjuru untuk mengatrol jagoan atau menikam seteru. Satu sama lain saling melirik dan juga memburu, entah mana yang benar dan mana yang palsu.
UTAK ATIK KOALISI "REMATCH" JOKOWI-PRABOWO
Prabowo Subianto akhirnya menyatakan menerima mandat partai untuk maju di Pilpres 2019. Namun akankah "rematch" Jokowi-Prabowo ini juga menghasilkan koalisi yang sama seperti Pemilu 2014. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan bila PKS pasti bersama Gerindra. Sekjen PAN Eddy Soeparno juga menanggapi bila sampai hari ini kami masih bersama pemerintah (Jokowi). Ketua Umum PPP Romahurmuziy mengatakan kalau Jokowi sulit untuk dikalahkan, karena adanya pembuktian tingkat pertumbuhan ekonomi yang membaik. Sementara pengamat politik Hanta Yudha menilai bila Pernyataan Prabowo Subianto masih dinamis. Dan bisa saja Prabowo tidak maju dalam Pilpres 2019 nanti.
 
 

PERANG RETORIKA MEMANAS

 

 

Adu argumen terjadi di meja Mata Najwa soal kaos yang bertuliskan #2019GantiPresiden. Partai oposisi menganggap kalau kaos ini membuat panik Presiden Jokowi. Hal ini bisa terlihat dari respon Jokowi atas hastag yang tersebar di media sosial ini. Tapi reaksi Jokowi ini dibela oleh Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzly. Menurutnya, reaksi Jokowi terhadap #2019GantiPresiden tidak serius. Itu hanya sekadar candaan saja. Politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu nyeletuk, "Kaosnya sudah muncul, tapi orang (capres)-nya tak muncul-muncul." Pengamat politik dari Poltracking Indonesia, Hanta Yudha menilai perang retorika jelang Pilpres sah-sah saja, termasuk kampanye #2019GantiPresiden vs #OgahGantiPresiden2019. Sebab saat ini memang waktunya untuk memperebutkan suara dari masyarakat. 
 
 

KONTROVERSI PARTAI SETAN AMIEN RAIS

 

Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais mengeluarkan pernyataan kontroversial tentang partai setan. Pernyataan ini yang membuatnya dilaporkan oleh Ormas Cyber Indonesia ke kepolisian karena dianggap meresahkan dan bisa memecah belah bangsa. Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno masih mempertanyakan sumber berita. Lebih lanjut, Eddy mengatakan hal itu merupakan bahasa simbolik karena tak ada pihak yang dituding. Ini tausiyah tak ada muatan politik di dalamnya. Selain itu, Eddy juga mengatakan Amien sangat vokal sejak era reformasi. Menurutnya, pernyataan Amien Rais ini sudah dipolitisasi dan menjadi heboh di masyarakat. Di pihak lain, Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily mengatakan agar tokoh sekelas Amien Rais perlu menjaga kata-kata ketika berhadapan dengan publik. Jangan menimbulkan pemahaman yang macam-macam. Kita harus menghindari politisasi isu SARA.
 
 

LAGI-LAGI POLITISASI ISU SARA?

 

Tabloid Obor Rakyat sempat menjadi perbincangan pada Pilpres 2014 silam. Media ini dituduh menyebarkan berita bohong dan ujaran kebencian. Ketua Umum PPP M. Romahurmuziy mengaku pernah ditawarkan untuk menyunting informasi-informasi di media tersebut. Tapi politisi yang akrab dipanggil Romi ini menolaknya. Menurut Romi kampanye hitam bisa saja dilakukan di Pilpres 2019 mendatang. Isu yang dimainkan antara lain soal komunisme. Tapi dia mengingatkan agar semua kubu menjaga kontestasi ini dengan damai. Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono mengatakan saat hoax soal komunisme menyebar di Pilpres 2014 Prabowo meresponnya. Kata dia, Prabowo tidak suka dan marah besar dengan penyebaran isu komunisme lewat Obor Rakyat. Prabowo tak suka, dia tahu dan marah besar. Dan dia tidak mau. Dengan hal itu, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera tidak menyangkal adanya kepercayaan masyarakat dengan isu komunisme. Kata dia, hal ini bisa ditunjukkan dalam kebijakan pemerintah. Tapi kami tak mau bahas itu, karena debatable. Hal lain yang menjadi perdebatan adalah kebijakan Tenaga Kerja Asing. Namun, kebijakan ini dianggap memudahkan tenaga kerja dari luar negeri, khususnya Cina, untuk bekerja di Indonesia. Namun politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu serta merta mendebat, Ini soal tenaga kerja asing atau tenaga kerja Cina? Jangan dipersepsikan demikian dong.
 
STIGMA BAGI JOKOWI
 
 
Tiga stigma yang ditudingkan pada Jokowi, yaitu Anti-Islam, Pro-Komunis dan Pro-RRC menurut Ketua Umum PPP Romahurmuziy mengatakan bahwa kenyataannya tidak seperti itu. Jokowi dinyatakan tidak merangkul kelompok 212, tapi nyatanya Jokowi sholat bersama kelompok 212 ketika mereka berdemo. Namun, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mendebatnya. Kami selalu siap bila diundang ke istana.
 

TUDUHAN KAMPANYE TERSELUBUNG

 

Presiden Jokowi dituduh menggunakan fasilitas negara dengan melibatkan perangkat negara untuk bagi-bagi sembako. Selain itu, dalam pembagian sertifikat tanah dengan menyelipkan fotonya. Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono menilai pembagian sembako ini merupakan cerminan dari persoalan harga sembako yang tinggi. Kalau Presiden bagi sembako, banyak yang mau. Ini sembako mahal, rakyat tak mampu untuk beli. Siasat Berebut Istana, Inilah Catatan Najwa Istana adalah mimpi semua politikus, iming-iming tahta memang amat membius. Demi berkuasa semua sudi bertungkus lumus, bersiasat dengan memakai segala rumus. Delapan penjuru dikepung berbagai jurus, sedikit yang sudi memakai jalan lurus. Dengan kerja nyata atau hanya retorika, tak jarang menghalalkan segala cara. Di hadapan megahnya bujuk rayu kuasa, rezim dan oposisi sama dan serupa belaka. Ruang publik pun sesak oleh serbuan citra, dari mereka yang memperebutkan istana. Rakyat berada di tengah pertunjukan, digiring berseteru di kancah pertarungan. Semoga kita semua dapat dijauhkan, dari perang yang nihilkan substansi persoalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar